Tertutup sudah peluang timnas
senior Indonesia melaju ke babak selanjutnya di ajang Pra Piala Dunia
2014, setelah gawang Hendro Kartiko digelontor empat gol saat
menyambangi Qatar.
Dibantai
Iran 3-0 pada matchday pertama, duka Indonesia berlanjut ke tanah air
saat kalah 2-0 dari Bahrain pada mathday kedua yang berlangsung di
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Belum sempat luka kedua terobati, pasukan Garuda kembali menelan kekalahan atas Qatar 2-3 juga di kandang sendiri.
Duka itu terus berlanjut saat Garuda
dicabik-cabik 4-0 oleh Qatar pada matchday keempat yang berlangsung
Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar, Sabtu (12/11). Dengan demikian,
habislah sudah peluang Indonesia untuk melaju ke fase kualifikasi Piala
Dunia selanjutnya.
Sebagai
pelatih, Wim tentunya harus mempertanggungjawabkan kinerja buruk yang
telah ditorehkan di empat pertandingan tersebut. Janji Wim yang kerap
didengungkan ingin menjadikan Indonesia menganut sepakbola menyerang
seperti Belanda dan Barcelona sangat jauh kenyataan.
“Apalagi
yang mau diharapkan dari seorang Wim?semua janji-janjinya tidak ada
yang terealisasi. Tidak ada solusi darinya, taktiknya juga tidak jelas.
Ini seperti pembodohan dan tim Merah Putih adalah korban
keputusan-keputusan tidak strategis yang dilakukan Wim,” kata Pengamat
Sepakbola Nasional, Tommi Welly(bung Towel).
Kebijakan
yang dimaksud Tomi adalah keputusan-keputusan ganjil yang kerap
diambil pelatih asal Belanda itu sebelum atau saat pertandingan
berlangsung. Ia mempertanyakan pemanggilan beberapa pemain veteran yang
dibawa Wim ke Qatar.
“Apa
proyeksi Wim memanggil pemain-pemain yang sudah berumur? Dia menarik
Firman Utina digantikan Ilham, Toni Sucipto digantikan Mahyadi
Panggabean, apa perubahan yang terjadi?toh, tidak ada pengaruh terhadap
permainan Indonesia menghadapi Qatar,” ujar Tomi.
Pria
yang biasa disapa akrab Towel ini lalu mempertanyakan kapasitas Wim
sebagai juru taktik timnas yang dinilainya tidak bisa memberi solusi
saat Indonesia berada dalam tekanan.
Parahnya
lagi, sebelum pertandingan berlangsung Wim telah menciptakan mindset
negatif bahwa level Indonesia berada di bawah lawan.
“Kita
memang harus mengakui bahwa Indonesia masih dibawah Qatar, Iran dan
Bahrain. Bolehlah dikatakan peluang kita untuk lolos sudah berat, tapi
masyarakat akan terhibur jika melihat timnas kita main lebih
berkarakter dan enak ditonton,” tambah Towel.
Towel
lalu memberi contoh kekalahan Indonesia di ajang Piala Asia 2007 dan
AFF 2010 lalu. Indonesia di dua even itu memang gagal tapi publik cukup
puas karena penampilan Indonesia yang berkarakter dan sangat tampak
adanya kerja keras dari tim pelatih.
Posting Komentar
Ketik komentar anda (No rasis, No Anarkis)