Ronny Pasla (lahir di Medan, 15 April 1947; umur 65 tahun) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Ejaan namanya sering juga ditulis sebagai Ronny Paslah.
Karier Sepak Bola:
- Dinamo, Medan
- Bintang Utara, Medan
- PSMS Medan
- Persija Jakarta
- Indonesia Muda, Jakarta
Prestasi di Klub:
- PSMS Medan, Juara Piala Suratin, 1967
- PSMS Medan, Juara Nasional, 1967
- Timnas Indonesia, Juara Piala Agakhan di Bangladesh, 1967
- Timnas Indonesia, Juara Merdeka Games, 1967
- Timnas Indonesia, Peringkat III Saigon Cup, 1970
- Timnas Indonesia, Juara Pesta Sukan Singapura, 1972
Prestasi di Luar Sepak Bola:
Juara Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967
Penghargaan:
- Warga Utama Kota Medan, 1967
- Piagam dan Medal Emas dari PSSI, 1968
- Atlet Terbaik Nasional, 1972
- Penjaga Gawang Terbaik Nasional, 1974
Fakta:
Bersama dua rekannya, Andjas Asmara dan Ipong Silalahi, Ronny Pasla sedang menggarap pembentukan tim sepak bola impian yang terdiri atas para pemain amatir. Proyek prestisius itu berbentuk reality show pencarian bakat sepak bola bertajuk My Team (Juni 2007)
Di kancah sepak bola, Ronny menjadi salah satu kiper legendaris Indonesia. Namun, setelah pensiun dia lebih banyak bergelut di olahraga lain, yakni sebagai pelatih tenis lapangan. Pria kelahiran Medan itu bahkan memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrome Tennis Club di Jakarta.
Dengan tinggi badan 183 cm, Ronny ketika masih aktif bermain sangat unggul dalam antisipasi bola-bola atas. Tidak heran, posisi pemain inti di Timnas tak tergantikan sejak 1966 hingga pensiun dari Timnas.
Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny Pensiun di usia 38 tahun.
Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil yang saat itu diperkuat pesepak bola legendaris dunia asal Brazil, Pele singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele.
Enam orang anaknya, tidak ada satu pun yang berkiprah sebagai pesepak bola. Tapi, semuanya sempat menjadi atlet di cabang olahraga (cabor) tenis lapangan.
Akibat kegemilangan tersebut, nama Ronny dikenal luas di Asia. Julukannya waktu itu adalah Macan Tutul. Ia disebut-sebut memiliki kemampuan dan kelenturan badan setara kiper legendaris Soviet, Lev Yashin. Dengan tinggi badan 183 cm, Ronny ketika masih aktif bermain sangat unggul dalam antisipasi bola-bola atas. Tidak heran, posisi pemain inti di Timnas tak tergantikan sejak 1966 hingga pensiun dari Timnas pada usia 38 tahun.
Ronny pensiun total pada usia 40 tahun. Klub terakhir yang dibelanya adalah Indonesia Muda. Setelah pensiun Ronny lebih banyak menggumuli olahraga tennis lapangan sebagai pelatih. Bahkan dia memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
Namun belakangan, minat Ronny pada dunia sepakbola kembali menyeruak. bersama dua rekannya, Andjas Asmara dan Ipong Silalahi, Ronny Pasla mulai menggarap pembentukan tim sepak bola impian melalui reality show pencarian bakat sepak bola bertajuk My Team pada tahun 2007 silam.
Bagaimana komentar Pendukung Timnas Indonesia?
+ Komentar + 1 Komentar
Ronny
Kami Alumni SR Nasrani Tahun 1962 mengadakann Pertemuan di Restoran Safari Jl Radio Dalam Tanggal 7 Mei 2014 Jam 13.00
Posting Komentar
Ketik komentar anda (No rasis, No Anarkis)