Ketua umum PSSI, Djohar Arifin Husin, mengungkapkan bahwa pembangungan kembali timnas Indonesia akan dipimpin Wim Rijsbergen.
Dengan tidak diakuinya Indonesia Super League (ISL), maka sesuai peraturan FIFA, pemain dari liga tersebut tidak diperkenankan membela timnas Indonesia. Masalah yang muncul adalah mayoritas pemain timnas Indonesia berasal dari klub-klub yang berlaga di kompetisi tersebut.
Untuk itu, PSSI harus mencari pemain-pemain baru menghadapi kompetisi internasional yang masuk dalam agenda timnas Indonesia selanjutnya.
“Kita akan rapat minggu depan dengan seluruh pelatih soal bagaimana model yang kita inginkan di timnas ke depan. Tugas mereka bukan hanya untuk timnas, tetapi upgdare pemain,” ujarnya dalam jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (9/12/11).
Wim Rijsbergen akan tetap dipertahankan sebagai timnas senior, kendati menelan lima kekalahan dari lima pertandingan di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2014. Johar mengungkapkan bahwa pelatih asal Belanda itu akan memandu program pengembangan pemain di Indonesia.
“Wim melatih itu hanya sebagian kecil dari tugas dia. Tugas dia adalah memperbaiki sepak bola secara keseluruhan, bukan hanya sekedar melatih,” ungkap Djohar Arifin.
Ketua umum mengungkapkan bahwa bukan kemauannya untuk tidak bisa memainkan pemain-pemain ISL, melainkan peraturan FIFA.
“Saya sudah katakan kepada Rahmad (Darmawan, pelatih Indonesia Selection dan timnas U-23 Indonesia) saat lawan Los Angeles Galaxy (30 November), ‘pilih semua pemain dari manapun’. Artinya kita ingin semua bisa membela Merah Putih, tetapi ini ketentuan dari FIFA, kalau kita tetap ikut, kita akan dijatuhi sanksi,” lanjutnya.
“Makanya saya harap kembali semua tim yang ikut kompetisi di luar, ada orang yang bukan PSSI kok ikut kesana, kembalilah ke rumah kita. Ada yang salah mari kita perbaiki. Saya sependapat dengan Rahmad agar tidak ingin ada kotak-kotak, tetapi ini bukan kemauan kita,” tandasnya.
Lanjutnya, “Saya harap, mari penyelenggara yang diluar itu, demi kepentingan timnas, hentikanlah.”
Mayoritas klub yang memilih ISL mengungkapkan bahwa alasan mereka menolak Indonesian Premier League (IPL) diantaranya adalah ketidakprofesionalan pengelola IPL, yakni PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) soal jadwal.
Hingga beberapa kali revisi, proses dari klub-klub peserta hingga saat ini terus berdatangan. Diantaranya Persibo Bojonegoro yang harus menjalani delapan kali laga tandang secara beruntun. (Inilah.com)
Follow Twitter kami @TimnaSSuporter & Facebook Pendukung Timnas Indonesia
Posting Komentar
Ketik komentar anda (No rasis, No Anarkis)