Home » , , » Sejarah Sepatu Sepak Bola

Sejarah Sepatu Sepak Bola

Written By Unknown on 18 Feb 2012 | 14.59


Pada awalnya, pemain boleh mengenakan sepatu jenis apa pun di lapangan. Sepatu dengan alas polos yang sering dipakai untuk kerja pun diperbolehkan. Sepatu wanita dengan hak agak tinggi bahkan pernah digunakan para pemain sepakbola di lapangan hijau.Kemudian, keluarlah peraturan FIFA pada 1863. Salah satunya berbunyi, “Yang tidak memakai paku menonjol, lempengan besi, atau getah karet pada sol sepatunya tidak diperbolehkan bermain”.
Aturan itu memunculkan gairah tukang sepatu di Inggris dan Eropa untuk membuat sepatu khusus sepak bola. Sebelum industri massal dimulai, tukang sepatu kebanyakan membuatnya dalam skala produksi rumah tangga.
Pada 1895, Joe dan Jeff Foster mendirikan J.W. Foster and Sons di Bolton, Inggris, sebelum mengubahnya menjadi Reebok pada 1958. Sejak Januari 1905, Herman Jansen membuat toko sekaligus bengkel sepatu di rumahnya di Kota Hengelo, Provinsi Gelderland, Belanda timur. Pada tahun yang sama, muncul pula pembuat sepatu bola di Inggris.

Industri sepatu kian menggeliat ketika kakak beradik Adolf dan Rudolf Dassler membuka pabrik dengan nama Gebruder Dassler Schuhfabrik pada 1924.Usaha dua bersaudara itu akhirnya pecah pada 1947. Rudolf mendirikan firma bernama Ruda yang kelak akan berganti nama menjadi Puma. Sementara Adolf mendaftarkan perusahaan bernama Adidas pada tahun 1949, disinilah awal mula sepatu bola klasik berwarna hitam. Sepanjang Piala Dunia FIFA 1966 hampir 75% pemain sepakbola mengenakan sepatu bola Adidas. Hal itu menjadi prestasi tersendiri bagi perusahaan tersebut.

Sejak saat itu sepatu bola telah ditingkatkan kualitasnya untuk mendukung performa permainan atlit sepakbola secara professional. Inovasi terus tumbuh dan berkembang dengan perusahaan-perusahaan yang maju dan menciptakan sepatu bola yang lebih mantap, ringan dan fleksibel. Beberapa perusahaan yang kemudian mengembangkan inovasi sepatu bola adalah Reebok, Puma, Nike, Diadora, Umbro, Lotto dan Kelme. 

Mulai tahun 1910-an, sepatu dengan nama Cup Final Specials mendunia berkat “gigi-gigi” kayu di bagian bawah agar pemain mudah mencengkeramkan kakinya ke tanah. Ujung sepatu dibuat dengan pola anyaman agar pemain mudah menggerakkan jari kakinya selama mengontrol bola. Bentuk gigi itu seperti tabung dengan tiga paku kecil berujung tajam. Pemain harus memakukkan “kuku” itu ke sol dengan palu kecil.

Ukuran gerigi itu pun bervariasi. Pemain akan memilih gigi lebih panjang untuk bermain di lapangan becek agar tidak mudah terpeleset. Salah satu tugas wasit dan asistennya adalah mengecek sol itu sebelum pemain masuk ke lapangan. Jika gigi sepatu terlalu tajam dan menonjol, pemain tak diperbolehkan masuk.

Berbeda dengan sepatu sebakbola masa silam dibuat dari bahan kulit tipis tapi berat. Modelnya berupa laras panjang atau boot agar bisa melindungi engkel pemain dari sepakan lawan. Sepatu itu umumnya keras dan kaku sehingga sering membuat kaki pemakainya cedera. Agar lebih lentur dan enak dipakai, sepatu direndam dulu selama beberapa jam sebelum dikenakan, lalu dijemur sebentar agar kandungan air tidak memberatkan sepatu.

Di era 1920-an, sepatu bola mulai diproduksi secara massal. Salah satu yang terkenal di era itu adalah Manfield Hotspur. Sepatu kulit ini tidak hanya diproduksi untuk pemain dewasa, tapi juga untuk semua umur termasuk anak-anak.

Sepuluh tahun kemudian, muncullah variasi warna tali sepatu. Selain hitam, ada pula putih, merah, dan lainnya. Di lapangan, pemain kerap menggonta-ganti tali ini karena proses rendam-jemur sepatu membuat tali mudah rusak.

Pada 1951, perusahaan sepatu mulai mengendus bisnis baru. Mereka mencatut nama pemain terkenal untuk nama produknya. Bintang Inggris saat itu, Stanley Matthews, menjadi nama sepatu keluaran CWS. Ia mencatatkan diri sebagai pemain pertama yang disewa sebagai bintang iklan sepatu. Maka, dimulailah komersialisasi sponsor oleh produsen sepatu kepada pemain, yang saat itu mendapat gaji maksimal 20 poundsterling.

Matthews juga menjadi salah satu pengguna sepatu Continental, seri terbaru dari Manfield Hotspur dan dikenakan pemain-pemain di Eropa serta Brasil. Sepatu ini dibuat pada 1950-an hingga 1960-an. Pada masa itu, sol sepatu juga dibuat dengan bahan karet, plastik, atau logam dengan pengait sekrup.


Selain Matthews, pemain-pemain lain mulai mendapat tempat khusus di hati produsen. Sepatu Bobby Charlton, contohnya, beredar pada 1964. Dua tahun kemudian, muncul sepatu bernama Pele, yang dibuat sesuai tuntutan gaya main lincah ala pemain Brasil itu.

Selama itu sepatu sepak bola identik dengan kombinasi warna hitam atau cokelat dengan strip putih. Puma pernah membuat sepatu putih pada 1958, tapi baru dipertontonkan oleh pemain Inggris, Alan Ball, satu dekade kemudian. Corak lain mulai bermunculan pada 1998, salah satunya dikenakan oleh pemain Maroko, Moustafa Hadji.

Pada 1995, mantan pemain Liverpool, Craig Johnston, mendesain sepatu bernama Predator yang diproduksi oleh Adidas. Sepatu ini menggunakan kulit kanguru sebagai lapisan luarnya yang diklaim mempermudah lengkung arah bola. Klaim ini membuat sepatu itu laris manis dan antara lain dipakai eksekutor seperti Zinedine Zidane, David Beckham, dan Steven Gerrard.

Saat ini produsen membuat beragam sepatu dengan teknologi mutakhir sesuai kebutuhan pemakainya. Bentuk, desain, dan bahannya dibuat agar pemain bisa menggerakkan kakinya senyaman mungkin dan aman. Kuku-kuku di solnya pun tak selalu berjumlah sama satu dengan yang lain. Gigi-gigi yang awalnya berbentuk bulat berubah menjadi pilih dan ini sering dianggap gampang melukai lawan.

Sepatu masa kini pun tersedia dalam beragam warna. Nike, misalnya, pernah membuat sepatu berwarna genit merah muda bernama Nike Mercurial Vapor Rosa.Kita bisa melihatnya pada kaki Nicklas Bendtner dan Franck Ribery. Warna ngejreng seperti ini memang sangat mencolok di lapangan. Sebuah cara jitu untuk menarik penonton agar gampang memelototi permainan bintang favoritnya dan mencari tahu kemampuan sepatu yang dipakainya.

Kini sepatu bola telah banyak mengalami perubahan model bentuk, bahan, desain dan kualitas bahkan sepatu Adidas F50 adiZero di klaim sepatu paling ringan di dunia.
Kini sepatu bola merupakan senjata wajib yang harus dimiliki para pemain sepakbola,mereka para bintang sepakbola percaya jika sepatu yang dipakai amat membantu mereka mengeluarkan karakter permainan di lapangan. (

Follow Twitter kami @TimnaSSuporter & Facebook Pendukung Timnas Indonesia
Share this article :

Posting Komentar

Ketik komentar anda (No rasis, No Anarkis)

 
Support : Mbojo Network | Tofifoto | Forum Dou Mbojo
Copyright © 2011. Pendukung Timnas Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger