Timnas Indonesia mengalami kekalahan terbesar dalam persepakbolaan nasional yaitu 0-10. Dengan kekalahan ini maka Indonesia terpuruk di dasar klasemen Grup E dengan nol poin dari enam pertandingan. Prestasi terburuk Timnas Garuda sebelumnya terjadi saat pertandingan menghadapi Denmark dengan skor 0-9, 1974.
Pasca kekalahan tersebuat banyak sekali opini yang berkembang di dunia maya dan media di Indonesia bahkan seorang Rio Ferdinan (Pemain Manchester United) angkat bicara tentang kekalahan telak tersebut. Beberapa pemain, mantan pelatih dan pengurus PSSI juga angkat bicara tentang kekalahan tersebut.
Berikut komentar-komentar tersebut:
Rio Ferdinan (Pemain Manchester United):
“Apakah Indonesia baru saja kalah di sebuah pertandingan?, Saya tidak senang dengan skor 10-0. Saya berkunjung ke Indonesia musim panas lalu,”
Abdul Rahman (Pemain Timnas):
“Kita kalah dalam segala hal. Kita baru seminggu kumpul. Itu pun banyak pemain yang tak ikut TC secara penuh karena harus membela klub. Sedangkan Bahrain adalah tim yang matang. Jadi kita tak bisa berbuat banyak”
"Gitulah kalau dizholimi, yang di atas pasti melihat. Tapi terlepas dari penyebab kekalahan nggak usah kita jadikan alasan. Kita harus secepatnya berbenah kalau ingin berbuat lebih baik"
Irfan Bachdim (Pemain Timnas):
"Saya minta maaf Indonesia!! Saya main jelek sekali. Ini wake up call buat saya!! Saya harus kerja keras! Maaf!! I will never give up!"
Fedinand Sinaga (Pemain Timnas):
"Maaf telah membuat malu indonesia dalam game td..kami hanya berusaha semaksimal yang kami punya..jangan menghujat kami yang sudah berusaha."
Rahmad Dharmawan (Mantan Pelatih Timnas):
"Kekalahan yang sudah diprediksikan, tapi saya tidak menyangka akan kalah sebanyak itu, Itulah risiko dari sbuah prjudian di mna timnas diisi oleh pemain yg brasal dr kompetisi tertentu, bkn dr pemain terbaik di Indonesia. Itulah alasan waktu itu saya tidak mau (menangani timnas senior). Saya merasa tidak enak dengan masyarakat Indonesia. Jangan memakai bahasa arogan, egosi dalam membangun organisasi olahraga. Kedepankanlah kepentingan nasional dan kepentingan para pemain juga,"
Benny Dolo (Mantan Pelatih Timnas):
"Kekalahan ini sudah bisa diprediksi sebelumnya. Artinya, pertandingan ini sudah bisa dilihat hasil akhirnya melihat materi pemain baru yang diturunkan. Para pengurus harus bertanggung jawab karena mereka mengemban amanat bangsa Indonesia. Kekalahan melawan Bahrain ini mencoreng nama kita di pentas sepakbola Internasional. Kita seperti bunuh diri"
Andi Malarangeng (Menteri Pemuda dan Olah Raga):
"Inilah hasilnya kalau pengurus PSSI ribut terus, Dengan adanya dualisme kompetisi, maka Timnas yang dibentuk tidak diperkuat oleh pemain-pemain terbaik. Sebagian pemain terbaik yang bermain di kompetisi lain tidak diikutsertakan. Di ujung tahun kita bisa bikin turnamen khusus antara 2 tim terbaik IPL dan ISL. Ini solusi yang terbaik saat ini. Mudah-mudahan semua pihak terbuka mata & hatinya melihat hasil semalam"
Bob Hippy (Sekjen PSSI):
"Saya bukan cari-cari alasan. Ini kita kalah karena wasit. Ada pertarungan antara Bahrain dan Qatar yang lagi main di Iran. Waktu kita duduk sama-sama (di tribun stadion), saya dengar cucu raja bilang 'Kita (Bahrain) akan menang 8-0'. Saya jadi bingung, maksudnya apa?". Kita dikorbankan untuk kepentingan mereka (persaingan Bahrain dan Qatar). Tapi akhirnya mereka enggak bisa masuk (Piala Dunia) juga kan, Anak-anak main bagus sekali, tapi karena ditekan terus-menerus oleh wasit, mental mereka hancur. Bayangkan empat penalti dan pelatih diusir tapi tak ada kartu merah. Yang aneh-aneh yang terjadi. Mereka menekan kita begitu rupa, kasihan anak-anak,"
Bernhard Limbong (Penanggung Jawab Timnas):
"Mohon maaf kepada pencinta sepakbola nasional karena kegagalan timnas kita. Kita tidak bisa berbuat banyak. Kita tidak menyangka kiper utama kita mendapat kartu merah. Kita bisa sebut itu penderitaan,Saya sebagai penanggung jawab timnas, saya minta maaf. faktor lucky tidak berada di pihak kita saja"
Djohar Arifin Husin (Ketua Umum PSSI):
"Kasihan anak-anak. Permainan mereka dirusak wasit sepanjang permainan. Tapi, saya tidak mau mengkambinghitamkan wasit, masyarakat bisa nilai sendiri kepemimpinannya,"
»
Follow Twitter kami @TimnaSSuporter & Facebook Pendukung Timnas Indonesia
Posting Komentar
Ketik komentar anda (No rasis, No Anarkis)